Oleh Wilujeng Nurani*
Cerita ini dimulai setelah saya membaca
tulisan di website LPM Saka yang berjudul “Balada Mahasiswa G30S/KPI Sampai
Lobi-lobi Buat Memo Raja Salman”. Etdahh, nggak ngerti banget sama
penulisnya, rada sengklek mungkin, ehehe. Tetapi saya ucapkan
terima kasih kepada sang penulis karena dari tulisannya saya tertarik untuk
bercerita tentang pengalaman saya menjadi mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam
(KPI) yang sedang menuju semester dewa.
Tetapi karena
perjalanan di semester dewa sungguh terjal, lebih baik saya bercerita
perjalanan saya sewaktu masih menjadi semester belia alias semester
tengah-tengah. Antara dimodusin kakak tingkat dan modusin adek tingkat,tetapi
ya begitu, saya lebih sering menjadi korban. Hehe.
Yap, ini cerita saya di semester lima. Tepat
di semester lima Fakultas saya membuka pendaftaran Praktik Pengalaman Lapangan
(PPL) atau yang biasa disebut magang, sebenarnya ini bukan program baru, karena
memang setiap angkatan pasti ada dan mungkin di kampus lain juga sama. Seperti
yang kalian tau, program studi (prodi) saya memang cenderung mengasah
mahasiswanya di bidang jurnalistik dan broadcasting, sehingga itu yang
menjadi patokan mahasiswa KPI untuk memilih tempat PPL.
Jika di Fakultas lain tempat magang sudah
ditentukan oleh pihak Fakultas, berbeda dengan Fakultas Dakwah yang membiarkan
mahasiswanya untuk memilih tempat magang sendiri sesuai dengan keinginan dan passion
mereka. Baik sekali bukan Fakultas saya? Mereka memberikan hak kami untuk
menjadi mahasiswa yang merdeka. Ehh, atau mungkin ini hanya sebuah
dalih? Kenyataannya ya karena mereka malas mengurusi kami yang memang susah
diurus, ehehe.
Tetapi bagaimanapun faktanya, aturan
Fakultas yang seperti itu telah membantu saya mewujudkan salah satu cita-cita
saya, yaitu magang di TVONE, televisi nasional di Jakarta yang fokus pada
program-program berita. Salah satu faktor yang membuat saya tertarik untuk
magang di TVONE, ya karena LPM Saka. Bagaimana tidak tertarik berita, kalau
menulis dan mengedit berita menjadi rutinitas. Bahkan saking sibuknya di
LPM Saka dengan rutinitas semacam itu, saya sampai lupa mencari kekasih hati, awkokw.
Setelah melalui proses panjang yang turut
mempraktikkan jurus lobi-lobi ala mahasiswa KPI, akhirnya awal Januari 2019
saya mendapat panggilan lolos seleksi magang dan diharuskan untuk segera ke
Jakarta. Dan memang setelah panggilan itu saya langsung mempersiapkan segalanya
untuk siap menjadi orang Jakarta selama dua bulan, ehehe.
Kamu magang di TVONE sendiri? Tolong jangan
bertanya seperti itu, ya meskipun saya masih sendiri alias jomblo, tetapi
perihal magang saya tidak sendiri, dong. Dua bulan magang di TVONE saya
ditemani kawan yang kebetulan satu kelas, namanya Diah Tri Wardani.
Singkat cerita, tepat 8 Januari 2019 untuk
yang pertama kalinya saya masuk kantor. Ehh, bener kantor bukan si sebutannya? atau
studio? Ya intinya mah TVONE, ehehe. Pertama melihat gedung TVONE
agak kaget si, karena bayangan saya gedungnya menjulang tinggi sampai ke
langit, ya seperti kebanyakan gedung di Ibu Kota.
Ternyata
eh ternyata, gedung yang didominasi warna merah ini hanya terdiri
dari dua lantai, dari penampakan gedung yang semacam itu, akhirnya saya tahu,
kenapa ketika saya ketik TVONE di Google Maps, keluarnya PT. Lativi Media Karya. Ya ampun PT dong, bukan
studio apalagi kantor, emang kebangetan itu Google Maps, ehehe.
Meskipun sempat terhenti oleh kawanan
satpam di depan pintu masuk yang mencecar saya dengan banyak pertanyaan, saya
yang waktu itu mengenakan kemeja lengkap dengan jas almamater kampus tercinta,
ya meskipun saya ngetik tercintanya sambil cengengesan, ehehe.
Saya memberanikan diri untuk masuk demi mempertanyakan
kejelasan nasib saya sebagai anak magang. Setelah hampir empat jam saya dianggurin
di ruang tunggu, akhirnya ada seorang pegawai lelaki yang menghampiri saya
sembari tertawa bahagia karena berhasil ngerjain anak magang baru,
namanya Pak Iswanto. Ya kurang lebih begitulah hari pertama saya di TVONE.
Eits ternyata belum selesai, setelah berbincang
sekedar bertanya kapan sampai dan sebagainya, beliau langsung menyuruh saya
menemui Manajer news investigasi, Pak Amanullah Hasan atau yang biasa
disapa Pak Uwo. Yaps, sejak itu saya resmi menjadi anak magang divisi news
investigasi.
Setelah bertemu, Pak Uwo memberikan
gambaran kepada saya tentang divisi news investigasi yang merupakan
program mingguan dimana memiliki empat program acara yaitu Perkara, Telusur,
Menyingkap Tabir dan Buru Sergap. Setelah itu, beliau menyarankan saya untuk
bergabung di program Menyingkap Tabir dan Buru Sergap, mendengar hal itu
seketika saya kecewa, karena bayangannya saya bisa masuk di program news
daily, dimana saya bisa pergi meliput kejadian apapun setiap hari. Tetapi
ya sudah, saya harus bisa menerima.
Dan ternyata tim saya is not bed,
setelah hari pertama yang cukup mengecewakan berlalu, hari-hari berikutnya saya mulai menikmati bahkan sangat bahagia
menjadi bagian dari tim ini, bagaimana tidak bahagia, lahwong
personilnya lelaki semua, ya terpaksa dong, saya menjadi yang tercantik
diantara mereka. Ahh, ternyata memang benar hadits yang mengatakan bahwa
Allah akan memberi apa yang kamu butuhkan, bukan yang kamu inginkan. Mungkin
memang saya lebih membutuhkan lelaki dari pada pergi liputan setiap hari, awkokw.
Setelah bosan dengan rutinitas di kantor
yang 75% nganggur, akhirnya saya
diperintahkan jalan liputan bersama tim program Buru Sergap yang waktu itu akan
mengusut kasus jambret di Jakarta Utara. Liputan perdana yang cukup melelahkan
tetapi sangat mengesankan, karena ketika waktu lalu saya hanya bisa menonton
dari televisi polisi main tembak-tembakan sembari memburu pelaku kejahatan,
malam itu saya bisa terjun langsung di lapangan.
Amboi, indah sekali kisah hidup saya. Ya
begitulah, dari liputan malam itu saya belajar banyak hal terutama teknik
melobi polisi, ehh.
Selain liputan, keseharian saya di kantor
lumayan disibukkan oleh beberapa pekerjaan seperti membuat time code
wawancara, editing naskah hingga editing video. Hingga suatu
ketika saya pernah diberi tugas membuat time code hasil wawacara kasus
sabu dan ganja, harusnya memang saya ikut liputannya juga, tetapi Tuhan
berencana lain, ternyata saya kesiangan bangun akhirnya ditinggal, ehehe.
Ketika sudah setengah jalan membuat time
code, mata saya dibuat berkaca-kaca mendengar pengakuan dari pelaku bandar
sabu dan ganja tersebut. Dia mengaku terpaksa melakukan itu untuk biaya akikah
anak perempuannya dan tepat di hari aqiqah tersebut dirinya ditangkap. Alamak,
menyedihkan sekali bukan?
Drama itu berlanjut ketika keesokan harinya
saya ikut liputan pemusnahan sabu dan ganja di Badan Narkotika Nasional (BNN)
Cawang, Jakarta. dari situ kemudian saya bisa bertemu langsung dengan pelaku
yang sebelumnya hanya saya lihat dari video. Entah karena dia lelaki atau
mungkin saya yang terlalu banyak mengkonsumsi sinetron, setelah melihat lelaki
itu tanpa sadar pipi saya dibahasi air mata. Astaga, drama queen sekali
saya.
Dan sekarang itu semua hanya tinggal
kenangan, kenangan yang tidak akan saya lupakan. Apalagi momen makan siang yang
selalu dibayarin Eksekutif Produser saya, namanya Pak Esu, mana mungkin saya
bisa melupakan Pak Esu, ya kan? ehh gratisannya maksud saya. Dan pasti
selepas saya kenyang makan siang gratisan dari Pak Esu, saya selalu mengingat
potongan ayat Qur’an Surat Ar-Rahman yang kurang lebih artinya begini, “Maka
nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?” Hehe.
8 Maret 2019 adalah hari terakhir saya
menjadi anak magang di TVONE, hari yang begitu menyedihkan karena harus
berpisah dengan seluruh tim yang sudah membersamai saya selama dua bulan,
mereka dengan ikhlas membagikan banyak ilmu dan pengalamannya. “Bapak, Abang,
terima kasih untuk segalanya. Doakan agar saya bisa kembali dengan talenta
lebih yang bisa diterima dengan sudut pandang yang berbeda,” kurang lebih
seperti itu kata perpisahan saya kepada mereka semua.
Wilujeng Nurani, Mahasiswa KPI semester dewa yang
hobi ngopi tapi lebih suka ngeteh.
Editor : Wahid Fahrur Annas
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?