Zaman terus berkembang, teknologi juga ikut
mengalami perubahan. Di era digital, gawai menjadi salah satu alat yang sukar
ditinggalkan. Sebab, gawai menawarkan beragam fitur yang dianggap mengasyikan. Seperti
mesin pencari, game online dan masih banyak yang lainnya. Sekarang,
tidak hanya orang dewasa yang menikmati, anak juga bisa dengan mudah mengakses
semua ini. Hal tersebut terjadi ketika orang tua membebaskan anak untuk
mengakses gawai saban hari.
Namun, dengan kemudahan yang ditawarkan tetapi
tidak diimbangi dengan literasi digital, dapat mengakibatkan anak terpapar
muatan buruk dari internet. Atau bahkan kecanduan game online. Melihat
fenomena tersebut, Rumah Kreatif Wadas Kelir (RKWK) Purwokerto terus konsisten sebagai
salah satu komunitas pegiat literasi. Rumah kreatif ini juga bergerak dalam
pengembangan kreativitas masyarakat,
khususnya anak dalam bidang bahasa, sastra dan seni. Tidak hanya itu, nalar dan
kesadaran kreativitas anak juga dibangun melalui pola pendidikan dan permainan.
“Rumah Kreatif Wadas Kelir itu setiap harinya
tanpa henti dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
melalui pendidikan,” ungkap salah satu relawan RKWK, Titi Anisatul Laely, M.Pd.
Sementara itu, Penggagas RKWK Heru Kuniawan,
M.A juga mengungkapkan persoalan anak yang masih terjadi. Misalnya kenakalan
anak, kekerasan pada anak, bullying yang masih marak, sampai pada
penindasan hak-hak mereka. Namun, menurut Heru hal tersebut bisa diatasi dengan
pembenahan tiga sektor yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
“Dengan tiga lingkungan yang kurang memberikan
edukasi kepada anak. Maka, lahirlah persoalan-persoalan yang sekarang muncul,”
ujarnya saat ditemui oleh reporter LPM Saka pada Jumat (19/07/2019)
siang.
Selain itu, dalam kasus kekerasan anak, tidak
jarang anak juga menjadi pelaku kejahatan. Sehingga, Heru menghimbau kepada
orang tua agar selalu mengawasi anak dari lingkungannya. Bahkan senantiasa memberi
contoh yang baik kepada anaknya. Di Hari Anak Nasional yang diperingati
setiap 23 Juli, Heru meyakini ini merupakan wujud kepedulian negara terhadap
anak. Kemudian, ia juga mengajak kepada para keluarga untuk mempunyai
kesadaran, bahwa anak adalah aset kehidupan. Maka dari itu, orang tua harus memenuhi
segala kebutuhan hidupnya. Dan yang terpenting, harus belajar untuk bisa
menghormati anak.
“Sebenarnya momen hari anak bagi saya adalah momen
di mana kita memiliki kesadaran bahwa anak itu aset kehidupan ini. Dan itu
semua harus disadari. Nah, ketika anak itu aset dari kehidupan ini, maka
anak itu harus diperlakukan sesuai dengan kehidupannya,” tutupnya.
Reporter :
Wilujeng Nurani
Editor :
Umi Uswatun Hasanah
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?