Foto bersama seluruh civitas academica Fakutlas Dakwah di MTs Pakis pada Jumat (17/5/2019). |
Purwokerto, LPM Saka – Mahasiswa dianggap tidak bisa lepas dari masyarakat. Pasalnya, setelah mengembangkan
konsep belajar di kampus, mahasiswa diharapkan bisa menerapkan hasil belajarnya
di masyarakat. Hal tersebut disampaikan oleh Dekan Fakultas Dakwah Prof. Dr. H.
Abdul Basit, M. Ag ketika menghadiri acara “Berbagi Inspirasi dan Buka Bersama”
di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pakis Gunung Lurah Cilongok, Banyumas, pada Jumat
(17/5/2019)
Acara “Berbagi Inspirasi dan Buka Bersama” merupakan
salah satu program pengabdian masyarakat Fakultas Dakwah. Sehingga, seluruh
rangkaian acaranya dikomando langsung oleh Dekan. Acara tersebut juga turut
dihadiri oleh civitas academica Fakultas Dakwah seperti dosen, perwakilan
Lembaga Kemahasiswaan (LK) dan komunitas.
Dengan mengusung tema “Berbagi Inspirasi dan
Motivasi”, Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Dakwah Khusnul Rizki
Shilfani mengungkapkan, mereka mendapat inspirasi dari ide yang diciptakan
untuk membuat kegiatan yang mengarah kepada edukasi sosial. Karena bisa
meningkatkan kepekaan antaranggota dan mahasiswa Fakultas Dakwah.
“Tidak lupa juga nalar kritis individu dalam
melakukan berbagai kegiatan sosial,” ujar Rizki saat dihubungi LPM Saka pada
Sabtu (18/5/2019).
Selain itu, Ketua Senat Mahasiswa (Sema)
Fakultas Dakwah M Yusuf Mala, mengaku acara buka bersama di MTs Pakis adalah
salah satu upaya untuk menyadarkan mahasiswa agar mengabdi pada masyarakat.
Karena, menurutnya, hal tersebut sesuai dengan Tri Darma Perguruan Tinggi.
“Karena dalam Tri Darma Perguruan Tinggi
tertera ‘pengabdian pada masyarakat’. Maka, seharusnya pula kita membantu
pemerintah untuk memeratakan pendidikan,” ujarnya saat dihubungi oleh LPM Saka
pada Sabtu (18/05/2019).
Meski begitu, Yusuf juga menyadari bahwa
‘pengabdian pada masyarakat’ adalah suatu bentuk yang abstrak. Sehingga, hanya
ada segelintir mahasiswa yang sadar akan tugasnya. Namun, menurutnya, acara
yang diselenggarakan di MTs Pakis adalah sebuah bentuk nyata dari ‘pengabdian
pada masyarakat’.
“Setidaknya kita ikut membangun pendidikan di
daerah-daerah terpencil yang sangat jarang sekali tersentuh,” tutupnya.
MTs Pakis Sekolah Alternatif untuk Lebih Dekat dengan Alam
MTs Pakis didirkan sejak 2013. Semula, Kepala
Sekolah MTs Pakis Isrodin, bersama dengan anak SMA mendirikan tiga gubuk.
Dengan harapan, akan mendirikan tiga kelas. Namun, hanya dua gubuk yang
diselesaikan. Sehingga, di tahun ajaran pertama, hanya berdiri dua kelas. Tercatat,
ada tiga belas anak yang mendaftar di angakatan pertama. Sayangnya, hanya empat
anak yang menyelesaikan belajarnya.
“Hampir semua yang perempuan melakukan nikah
dini, (sehingga banyak yang) putus sekolah dan lanjut bekerja. Itu salah satu
persoalannya,” ujar Isrodin.
Meski begitu, MTs Pakis terus menerapkan konsep
belajar yang unik. Dalam pembelajarannya, ada istilah jadwal umum dan jadwal
khusus. Menurut Isrodin, jadwal umum semua mata pelajaran diajarkan. Sedangkan,
jadwal khusus adalah pendidikan karakter. Seperti pendidikan agro, pertanian dan
peternakan.
Sementara itu, sumber pendanaan didapatkan
ketika daftar ulang. Para orang tua yang menyekolahkan anaknya di sana,
membayarnya dengan menggunakan hasil panen bumi. “Sekolah ini berbasis
kesukarelawanan. (Sehingga) untuk para pengajar tidak dibayar,” ungkapnya.
Dengan segala keterbatasan, Isrodin berharap
MTs Pakis bisa meningkatkan pendidikan dan tingkat kesadaran masyarakat akan
pendidikan. “Bahwa mereka yang tidak mampu tetap mempunyai hak mendapatkan
pendidikan yang layak,” tutupnya.
Reporter : Diah Tri Wardani,
Wahid Fahrul Anas
Editor : Umi Uswatun
Hasanah.
Foto : Komunitas
Fixlens
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?