Seminar Bekal Sosial Pembedayaan di Gedung Student Center, Senin (10/12). |
Purwokerto, LPM SAKA
– Pembina Komunitas Pegerak Sosial (Kompos), Ahmad Muttaqin dalam sambutannya
sekaligus membuka acara Seminar Bekal Sosial Pemberdayaan di Gedung Student Center (GSC) Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Purwokerto, pada Senin (10/12). Mengaku merasa wajar ketika ia memaki-maki
mahasiswa. Lantaran, menurutnya, mahasiswa sekarang terlalu banyak tidur dan
susah dibangunkan.
“Wajar
saja saya maki-maki mahasiswa. Saat ini, mahasiswa tidurnya terlalu mbangkong,” ujar Ahmad Muttaqin yang
akrab disapa Aken.
Menanggapi
mahasiswa yang nyaman dengan tidur panjangnya. Kompos mengundang Relawan
Madrasah Pakis,
Isrodin sebagai pemateri. Sebab,
Kompos merasa harus bergerak untuk membangun jiwa sosial para mahasiswa.
“Karena kita sebagai generasi muda, kita harus memiliki jiwa sosial,” jelas
ketua panitia Kenti Kurniasari.
Tentang Pendidikan
Menurut
Isrodin, di dalam pendidikan ada sebuah proses pengajaran. Lantaran pengajaran
menyangkut bagaimana terjadinya proses transfer pengetahuan atau teori. Ketika
mahasiswa hanya menerima ilmu dari dosen tanpa ada proses mencerna sekaligus
aksi. Menurutnya, mahasiswa tidak mendapatkan proses pendidikan.
“Hanya
sebuah sampah,” ujar Isrodin.
Selain
itu, Isrodin juga mengungkapkan bahwa dengan belajar mengenai banyak hal.
Masing-masing mahasiswa bisa dengan mudah memilih dan memilah ilmu yang
didapatkan. “Dengan pembelajaran memungkinkan orang untuk memilih dari tidak
mampu menjadi mampu, tidak berdaya menjadi sumber daya,” ungkapnya.
Tentang Pemberdayaan
Untuk
membedakan manusia dengan binatang, yang harus dilakukan manusia menurut
Isrodin harus berdaya. Dalam proses pemberdayaan, masing-masing individu diharapkan
bisa mengidentifikasi persoalan dan potensi yang ada. Selain itu, dalam konteks
pemberdayaan, tambah Isrodin, tidak perlu melihat hasil yang didapatkan. Melainkan,
keuntungan ketika melakukan pemberdayaan.
“Ilmu
sebenarnya berserakan, tidak hanya di kampus. Ilmu begitu dekat dengan kita.
Bagaimana kita bisa membaca. Modal pemberdayaan: mendekat. Semoga kita bisa
memanusiakan manusia,” ujar Isrodin.
Bernada
sama dengan Isrodin, salah satu peserta Muhammad Alfan Baihaqi juga
mengingatkan bahwa nilai yang paling penting dari nilai yang ada adalah nilai
kemanusiaan. Setelah berakhir seminar ini, Alfan berharap agar masing-masing
peserta bisa mengembangkan jiwa sosialnya. Sehingga bisa terwujud maksud dan
tujuan yang terkandung dalam pancasila.
Reporter : Umi Uswatun Hasanah
Editor : Wilujeng
Nurani
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?