Saat matahari sejenak berhenti melewati meridian langit, seorang laki-laki paruh baya berdiri di tengah pertigaan jalan. Dengan mengenakan seragam lengkap, celana panjang hitam, kaos lengan panjang berwarna putih yang dibalut dengan rompi berwarna hijau dan tak ketinggalan topi berwarna hitam untuk melindungi kepalanya dari sengatan terik matahari.
Laki-laki yang sedang sibuk mengatur lalu lintas di pertigaan jalan itu bernama Sutoyo , saat beliau sedang istirahat duduk di pinggir trotoar, beliau bercerita tentang pekerjaannya sebagai tukang becak di pertigaan jalan Brigjen Katamso yang sudah ia lakoni selama kurang lebih puluhan tahun yang lalu, namun selain menjadi tukang becak beliau juga dengan suka rela membantu mengatur lalu lintas di jalan tersebut "awalnya saya itu tukang becak yang mangkal di depan kuburan ini, tapi karena saya sering liat orang-orang yang mau nyabrang itu susah akhirnya saya suka bantu-bantu motor, mobil, sepeda, pejalan kaki yang mau nyebrang jalan ini," ujarnya sambil tersenyum
Jalan Brigjen Katamso ini memang cukup ramai dan padat karena merupakan jalur pantura yang banyak dilewati kendaraan besar maupun kendaraan pribadi, apalagi pada saat jam-jam pagi dan sore. Walaupun pada saat pagi ada petugas dari kepolisian yang mengatur lalu lintas di jalan itu.
Di zaman yang semakin maju dengan tinggat persaingan yang cukup tinggi. Pak Sutoyo tidak memiliki pilihan lain selain bekerja menjadi tukang becak. Riwayat pendidikannya yang hanya sampai Sekolah Dasar ini membuatnya susah dalam mencari pekerjaan. Walaupun dengan penghasilan yang bisa dibilang sangat pas-pasan, ia tetap bertahan menjalani pekerjaan ini. Menurut Pak Sutoyo, dalam sehari beliau mendapat penghasilan sekitar 30.000-50.000.
Penghasilan yang sedikit jika dibandingkan dengan harga kebutuhan pokok yang semakin hari semakin melonjak. Tetapi Pak Sutoyo tetap bersyukur berapapun pendapatannya. Karena beliau percaya jika kita bersyukur maka Tuhan akan menambahkan rizqi-Nya. " Setiap harinya kalo rame saya bisa dapet lima puluh tapi kalo sepi ya paling-paling saya cuma dapet tiga puluh puluh. Tapi ya berapapun yang saya dapet, saya tetap bersyukur aja, nanti juga bakal ditambah sama gusti Allah," ucapnya
Warga sekitar pun sangat menghargai Pak Sutuyo yang mau dengan sukarela membatu mengatur lalu lintas di jalan tersebut dan membantu warga menyebrang jalan. Menurut penuturan salah seorang tukang ojek yang mangkal di dekat Makam, dengan adanya Pak Sutoyo warga jadi terbantu "karena ada Pak Sutoyo kalo mau nyebrang jadi gampang karna ada yang bantu ngatur lalu lintas," ucapnya.
Pak Sutoyo dalam membantu mengatur lalu lintas dan membantu menyebrang jalan tidak ada niatan untuk meminta imbalan meski terkadang ada pengendara yang memberikan uang kepadanya. Beliau melakukan ini semua semata-mata hanya karena ingin membantu. Beliau sadar umurnya semakin berkurang. Beliau ingin dalam hidupnya bisa berguna dalam masyarakat. Menurutnya, mungkin dengan cara beliau membantu sesama, beliau dapat bermanfaat untuk orang lain.
Penulis: Kharisma Pamula
Editor: Anggita Aprilia Sari
Illustrasi: Muhamad Hafsin
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?