Acara tersebut diadakan pada tanggal 26 Oktober sampai dengan tanggal 28 Oktober 2017. MA Miftahul Huda menggandenga pondok pesantren di sekitar Purwokerto untuk turut berpartisipasi. Setiap pondok pesantren dianjurkan membuat suatu kreasi, baik berupa makanan, pakaian, perabotan, maupun yang lainnya.
Salah satu yang berpartisipasi yaitu pondok pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto, diwakili oleh 10 orang santri. Mereka membuka stand dan menjual berbagai jenis makanan. Mereka lebih memilih untuk berdagang makanan dari pada yang lainnya, karena menurut perkiraan mereka makanan akan lebih cepat laku.
Makanan yang mereka jual yaitu bakso dengan harga Rp. 10.000 per porsi. Mengingat zaman sekarang banyak sekali jenis bakso yang bermuculan di pasaran, maka mereka mempunyai ide untuk menjual jenis baso zaman dulu, “sekalian nostalgia,” ujar Iis, salah satu santri Pondok Pesantren Al-Hidayah.
Selain bakso, mereka juga menjajakan roti, berbagai jenis es, dan sosis bakar. Semua makanan dijual dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari Rp. 2.000 hingga Rp. 10.000. Kreatifnya, untuk menarik minat pembeli, mereka memberikan bonus di hari pertama, yaitu berupa wedang jahe yang diberikan secara cuma-cuma bagi pengunjung yang mampir ke stand mereka.
Bakso menjadi primadona di stand mereka. Di hari mereka menyediakan 60 porsi bakso dan habis terjual. Pada hari kedua disediakan 60 porsi juga, namun hanya laku setengahnya saja dikarenakan keterlambatan membuka stand, sehingga tidak mampu menciduk banyak pengunjung. Di hari ketiga, mereka menyediakan sebanyak 100 porsi bakso dan habis terjual.
Untuk rasa bakso standar-standar saja seperti rasa bakso pada umumnya. Hal ini diutarakan oleh salah seorang pembeli yang bernama Umi Ngatiqoh yang berhasil saya wawancarai, "untuk rasa baksonya si standar-standar aja mba, sama kaya bakso-bakso yang biasanya.”
Meskipun demikian, kreatifitas santri Pondok Pesantren Al-Hidayah patut diacungi jempol. Dengan modal kurang lebih Rp. 2 juta (belum termasuk transport), mereka mampu mengantongi keuntungan yang lumayan.
“Kalau di dilihat dari total modal untuk membeli bahan-bahan saja, kita mendapatkan untung mba, namun kalau dilihat dari total keseluruhan termasuk biaya transport, banner, dan lain-lain nggak ada keuntungan bagi kita. Tapi kami disini nggak mengharapkan untung kok mba, yang kami lihat itu dari segi partisipasi nya, bagaimana kami ikut berpartisipasi dalam meramaikan acara ini,” ujar Iis.
Penulis: Ni'matus Saadah
Editor: Elma
Illustrasi: Muhamad Hafsin
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?