LPM Saka, Sosok - Tangannya tidak pernah letih dan bosan menggoreskan pena di atas lembaran-lembaran kertas. Idenya tidak pernah dibiarkannya menguap dan hilang begitu saja. Selalu saja ide itu ia tuangkan pada sebuah tulisan dengan kata-kata yang bermakna bagi orang lain. Kata-kata itu pun tidak pernah habis termakan kata, karena ia menulis sesuai dengan cerminan dirinya.
Wanita yang menggoreskan penanya itu bernama Iis Sugiarti. Berawal dari sebuah pertemuan dengan seorang guru Bahasa Indonesia di bangku SMA, Iis Sugiarti kini menjadi tokoh inspiratif mahasiswa yang bergelut di dunia sastra pesantren. Ia merupakan wanita jelita kelahiran Kebumen, 08 Februari 1995 yang tinggal di desa Argopeni, Kabupaten Kebumen.
“Desi Aminurul adalah seorang guru yang benar-benar membukakan saya ke pintu gerbang dunia sastra. Dari buku Laskar Pelangi karangan Andrea Hirata yang ibu Desi ceritakan, hati saya merasa meluap-luap untuk membaca dan menulis. Itu juga karena gaya bahasa yang dibawakan Andrea Hirata begitu menyentuh dan menginspirasi diri saya”ujar Iis Sugiarti pada Selasa, (7/10)
Wanita berhijab ini sekarang sedang duduk di bangku kuliah jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) di Insitut Agama Islam Negeri Purwokerto. Namun, ia tidak hanya terpacu dengan jurusan yang ia ambil. Ia tidak hanya belajar agama, tetapi juga belajar menulis sesuai dengan kesukaannya.
Perjalanan hidup Iis mulai terdongkrak ketika ia memasuki bangku kuliah. Selain sebagai seorang mahasiswi, ia juga menjadi santri di Pesantren Mahasiswa An Najah. Di dalamnya terdapat Komunitas Pondok Pena, itu menjadi hal yang menarik bagi Iis Sugiarti untuk berkecimung di dunia sastra. Lewat Komunitas tersebut, Iis mulai mengepakkan sayapnya di dunia sastra.
Iis menjelaskan bahwa komunitas Pondok Pena yang sekarang ia ikuti dulunya susah-susah gampang. Itu karena kesadaran santri untuk menulis minim. Buku dulu pun sedikit dan rata-rata kebanyakan santri putri yang ikut ambil peran di Pondok Pena. Sedangkan santri putra mungkin hanya beberapa. Hal itu tidak menjadi kendala baginya, justru dia lebih termotivasi lagi untuk berkarya dari menulis puisi, cerpen, dan esai.
Tekadnya yang kuat ternyata berbuah hasil. Ia dipercaya menjadi Pimpinan Redaksi Buletin BENER FKUB Banyumas dan Buletin Taman Lestari. Karya-karya sastranya telah termaktub dalam berbagai macam buku Antologi Puisi, Cerpen, Esai, dan Surat Kabar. Buku yang memuat karya-karya Iis meliputi buku Senandung Cinta Untuk Ibunda (Asrifa Publisher: 2014), Radar Lupus (Asrifa Publisher: 2014), 100 Makna Kasih Sayang Allah Ibunda (Gerbang Sastra: 2014), Bisikan Kata Teriakan Jiwa (Meta Kata: 2014), Senarai Diksi (Pena House: 2014), Cerita Mei (Goresan Pena: 2014), Puisi Menolak Korupsi Jilid 5 (Forum Sastra Surakarta: 2015), Dari Negeri Poci 6: Negeri Laut ( Kosa Kata Kita: 2015), Balada Badut-Badut dan Rumput (Oase Pustaka: 2015), Memo Anti Terorisme ( Forum Sastra Sutradara: 2016), Creative Writing Kaldera ( 2016), Satelit Post (2015), Koran Madura (2016), Pilar Puisi 3 (SKSP: 2016), Dari Negeri Poci 7: Negeri Awan (Kosa Kata Kita: 2017), Seberkas Cinta (2017), Kidung Patani (2017), Kampus Hijau 3 (SKSP: 2017), Puisi Menolak Korupsi Jilid 6 (Forum Sastra Surakarta: 2017)
Ada juga karya cerpennya yang termaktub di Mawar Yang Tertanama di Pelaminan Air Mata (Oase Pustaka: 2015) dan “Isyarat” (CV: Landasan Ilmu: 2016), Serta Esainya termaktub di “Revitalisasi Sastra Pesantren” (An Najah Press: 2016).
Hal yang ia tekankan pada dirinya adalah untuk terus berkarya setiap hari dan mengirimkan karya ke perlombaan dan surat kabar. Ia menekankan hal tersebut karena termotivasi dari diri sendiri dan kakak-kakak Pondok Pena yang rutin berkarya serta mengirim karya hingga berhasil menjebol media lokal, bahkan nasional.
Kemampuannya dapat diacungi jempol hingga Iis dipercaya untuk mengajar mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Melayu di Jamiah Islam Syaikh Daud al Fathoni Yala Thailand Selatan selama satu semester dalam program study exchange (2016). Iis juga kerap diundang untuk Baca Puisi Royal Konsulat Indonesia di Thailand, dan beberapa kali mengikuti acara temu penyair Konsulat Indonesia di Thailand serta beberapa kali mengikuti acara temu penyair nusantara.
Hal yang ingin sekali Iis wujudkan adalah menerbitkan novelnya sendiri. Ia ingin menulis sebuah novel yang nantinya mampu menjadi Best Seller dan mampu menginspirasi jutaan orang di dunia. Iis berharap dirinya semakin istiqomah dalam menulis dan lebih produktif berkarya serta karyanya dapat bermanfaat bagi orang lain. “Jika kita tidak dilahirkan dari sejarah, maka kitalah yang harus membuat sejarah tersebut melalui karya”pesan Iis Sugiarti kepada generasi muda.
Penulis: Ahmad Nur Aji Wibowo
Editor: Asri Nuryani
Ilustrasi: Muhammad Hafsin
sungguh menarik
ReplyDeletePost a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?