Purwokerto-FKUB(Forum
Kerukunan Umat Beragama), Polres Banyumas dan Kementerian Agama Kabupaten
Banyumas adakan saresahan dan pernyataan sikap bersama tokoh agama dan tokoh
masyarakat dengan judul “Dari Banyumas Untuk Rohingya” di aula KEMENAGpada
pukul 09:00 hingga 12:00, Rabu(6/9)
Dr. KH Moh Roqib
M.Ag ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama Banyumas) menyampaikan bahwa
masalah yang terjadi di Rohingya bukanlah bentuk konflik agama. Melainkan
karena adanya krisis kemanusiaan yang dilakukan akibat adanya kepentingan
ekonomi dan politik terselubung untuk mendapatkan tempat strategis di Myanmar
oleh suatu kelompok.
Berbagai macam
perwakilan dari tokoh agama Buda, Katolik, Kristen, Hindu, Konghuju, dan aliran
kepercayaan berpendapat sama mengenai kasus tersebut, bahwa tragedi yang
terjadi pada muslim Rohingya di Myanmar adalah tragedi krisis kemanusiaan.
Semua tokoh agama menolak tragedi tersebut karena tidak sesuai dengan ajaran
yang ada di agama mereka. Langkah yang dilakukan dalam sarasehan tersebut adalah
dengan memanjatkan doa bersama agar pelaku krisis kemanusiaan tersebut sadar
dan diampuni atas perbuatannya. Tidak hanya itu juga, seluruh tokoh agama akan mengajak
dan mengadakan doa bersama di tempat peribadatan mereka masing-masing sesuai
dengan waktu peribadatan mereka.
“Ini bukanlah
masalah konflik agama, ini merupakan krisisnya kemanusiaan. Di Banyumas itu
sudah rukun maka dari itu jangan terpengaruh dengan media sosial karena harapannya
Banyumas ini kondusif” ungkap Dr. KH Moh Roqib M.Ag ketika mengisi sambutan.
Di dalam sambutan
tersebut dia menyampaikan dua point penting mengenai kasus yang terjadi pada
muslim Rohingya di Myanmar. Untuk yang pertama ia menyampaikan bahwa kejadian
tersebut merupakan benar-benar kasus penindasan akibat sentimen keagamaan dari
satu agama ke agama lain di lingkungan masyarakat. Kasus krisis kemanusiaan itu
dilatar belakangi pertarungan ekonomi global untuk memperebutkan tempat
strategis kelompok yang menguntungkan suatu kelompok. Sedangkan untuk mencegah
total kasus tersebut tidaklah mungkin bisa dilakukan, namun dapat dicegah
dengan mengadakan pertemuan lintas agama sebagai upaya suatu kasus itu dapat
dipahami dengan tegur sapa. Kejadian ini bisa terjadi tidak hanya di agama Buda
karena ada banyak karakter untuk mengalahkan minoritas. Dengan tegur sapa dan
komunikasi maka mampu untuk mencegah hal tersebut sehingga mampu mencerdaskan
masyarakat untuk menghadapi kasus ini dengan pikiran jernih. Untuk yang kedua
Indonesia sudah melakukan cara diplomatik oleh ibu menteri. Kasus ini merupakan
kasus kemanusiaan, maka dari itu kita harus mengantisipasi dan mencari jalan
keluar seperti diplomasi.
“Kami merasa
sedih dan terheran-heran terhadap kasus di Myanmar. Di dalam konsep Buda ada
sebuah konsep “Semoga makhluk hidup turut berbahagia” melihat di Myanmar maka
sangat merosot. Seluruh Buda di Banyumas sangat mengutuk terjadinya krisis
kemanusiaan di Myanmar dan tidak dibenarkan. Kami semua menolak adanya kejadian
di Myanmar.”ungkap tokoh Buda Banyumas saat mengisi sambutan.
Dihimbaukan
kepada seluruh masyarakat di Indonesia agar tidak terpancing emosi negatif dengan
adanya tragedi yang terjadi pada muslim
Rohinya di Myanmar atas beredarnya foto, video yang tersebar luas di media
sosial yang tidak mampu mewakili kejadian sebenarnya. Dalam sarasehan dan
pernyataan sikap tersebut disampaikan bahwa banyak isu, foto, video,dan berita
hoaks yang disebarkan di media sosial hingga memacu dan memancing masyarakat di
Indonesia untuk mengucilkan warga yang menganut agama Buda di Indonesia. Krisis
kemanusiaan tersebut terjadi di Myanmar oleh suatu pihak yang memiliki misi
lain sedangkan tragedi tersebut tidak terjadi di Indonesia. Dari himbauan
tersebut disampaikan juga pada masyarakat Indonesia agar lebih teliti dan tidak
saling menyakiti antara sesama umat beragama khususnya Buda karena agama Buda
di Indonesia tidak melakukan tindakan negatif di negara Indonesiaka karena
Indonesia adalah negara yang rukun dalam beragama.
“”Ketika ada
tindak tidak kemanusiawi maka semua akan
merasa terluka dan menuai kesedihan. Merasa seolah-olah manusia itu tidak ada
harganya. Jika ada kerukunan maka akan terjalin keindahan. Kita tidak perlu terpancing dengan adanya tragedy
tersebut. Manusia itu berharga maka dari itu manusia tidak punya hak untuk
dilukai apalagi dibunuh. Saya tidak
mengutuk tapi berdoa agar tabah dan tidak membalasnya. Sedangkan bagi pelaku
saya doakan semoga mereka sadar karena mungkin mereka lupa entah dengan alasan
apapun.” ungkap pendeta Daniel ketika mengisi sambutan.
Saresahan dilanjutkan
dengan perundingan isi dari pernyataan sikap tokoh agama dan masyarakat
kabupaten Banyumas untuk Rohingya. Isi dari pernyataan tersebut terdiri dari
lima point (1)Umat Budha kabupaten Banyumasmengutuk keras tragedy kemanusiaan
di Rohingya Myanmarkarena bertentangan dengan ajaran Budha Dhamma, (2) Tragedi
Rohingya merupakan tragedi kemanusiaan bukan tragedy keagamaan, (3) Semua agama
mengajarkan cinta dan kasih saying sesama manusia, tragedi Rohingya
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran semua agama manusia, (4) Menjaga
kamtibnas di Kabupaten Banyumas tidak terprovokasi isu-isu dari media sosial
maupun media lainnya yang bisa memecah belah dan merusak kerukunan masyarakat
di kabupaten Banyumas dan tidak melakukan unjuk rasa di tempat ibadah atau di
tempat lain yang mengganggu ketertiban umum, (5) Melaksanakan kegiatan do’a
bersama untuk Rohingya yang menjadi korban semoga mereka diberi kesebaran dan
jalan keluar yang terbaik dan sekaligus berdoa untuk yang melakukan tindakan
kekerasan supaya diberikan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Esa.
Acara saresahan
tersebut diakhiri dengan penandatangan dari setiap tokoh agama dan tokoh
masyarakat dan menyuarakan isi dari sikap yang telah mereka sepakati bersama
secara serentak. Dilanjutkan dengan doa bersama dan sesi foto. Lalu ditutup
dengan makan bersama untuk menjalin keakraban antar umat beragama dan tokoh
masyarakat.{Aji}
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?