Lina Dwi Puryanti
Email: dwilinapwt@gmail.com
Berbicara tentang bahasa[1] adalah berbicara tetang kebudayaan[2]. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, dilihat dari macam bahasa yang ada di Indonesia saja sudah tak terhitung jumlahnya karena setiap daerah pasti memiliki bahasa khas masing-masing. Sementara itu, semboyan bangsa Indonesia yakni Bhineka Tunggal Ika yang artinya “walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu” merupakan cerminan dari masyarakat itu sendiri. Dari banyaknya perbedaan bahasa setiap daerah, namun masyarakat Indonesia mengakui adanya bahasa persatuan seperti yang telah diikrarkan pemuda Indonesia pada 28 Oktober 1928 silam yang berbunyi;
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe bertoempah darah satoe,
Tanah air Indonesia
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mengakoe berbangsa satoe,
Bangsa Indonesia
Kami poetera dan poeteri Indonesia
Mendjoendjoeng bahasa pesatoean,
Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memang tidak sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Desa atau masyarakat yang masih kental dengan budayanya. Namun, bahasa Indonesia menjadi bahasa penghubung antarsuku dan menjadi bahasa resmi dalam menjalankan tugas-tugas pembangunan, lingkup pendidikan misalnya. Namun di era modern ini, bahasa Indonesia khususnya di dunia pendidikan mulai tergantikan oleh bahasa Inggris yang telah diakui menjadi bahasa Internaional. Hal ini menyebabkan penggunaan bahasa Indonesia terancam sedikit penggunaanya. Ini menjadi menarik untuk dikaji, mengingat sebenarnya bahasa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi bahasa Internasional. Melalui essay ini, tujuan penulis adalah untuk menganalisis potensi bahasa Indonesia sekaligus memberi jawaban atas permasalahan tersebut.
Syarat bahasa menjadi bahasa internasional
Menurut Robert Phillipson dalam buku Linguisstic Imperalism, alasan bahasa Inggris menjadi bahasa dunia adalah sebagai berikut:[3]
1. Penggunaan bahasa Inggris meningkat drastis
2. Adanya standarisasi bahasa Inggris di negara yang bahasa Nasionalnya bukan bahasa Inggris, tetapi bahasa Inggris digunakan sebagai alat komunikiasi di lingkungan pendidikan dan pemerintahan, seperti di Nigiria dan Singapura
3. Bahasa Inggris merupakan bahasa penghubung utama dalam perdagangan, politik, ilmu pengetahuan, teknologi, aliensi militer, hiburan dan turisme, terutama di daerah Afrika dan Asia
Potensi bahasa Indonesia
Di tengah derasnya arus globalilsasi, ternyata banyak negara yang berminat untuk mempelajari bahasa Indonesia. Sampai saat ini, terdapat 174 pusat pembelajaran bahasa Indonesi yang tersebar di 45 negara. Di Jepang adalah negara terbanyak yang mempelajarinya yakni ada 38 tempat belajar, sementara di Australia ada 36 tempat belajar. Dengan banyaknya minat negara lain terhadap bahasa Indonesia membuktikan bahwa Identitas negara Indonesia cukup diakui oleh dunia. Saat ini indonesia memiliki 90.000 kosakata dalam bahasa Indonesia, dan target di tahun 2019, kosakata akan mencapai 200.000.[4]
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sederhana, mudah dipelajari dan tidak rumit. Namun, kesederhanaan dan ketidakrumitan bangsanya tidak mengurangi fungsi bahasa Indonesia dalam pergaulan antarbangsa di dunia. Terbukti bahasa Indonesia mampu digunakan untuk menyampaikan pikiran-pikiran yang rumit dalam ilmu pengetahuan dengan jelas, jernih, teratur, dan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa di era globalisasi ini bahasa Indonesia mampu menjadi ciri budaya Indonesia yang dapat diandalkan. Bahkan saat ini bahasa Indonesia menjadi bahan pembelajaran di negara asing seperti Australia, Belanda, Jepang, Amerika Serikat, Inggris, dan Korea Selatan.[5]
Singkat penulis, ternyata indonesia memiliki potensi bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia. Tetapi, menilik keadaan masyarakat Indonesia saat ini khususnya di lingkup pendidikan. Kebanyakan mahasiswa lebih bangga berbicara ataupun pandai berbahasa asing. Hal ini menunjukkan bahwa kurangnya kecintaan pelajar atau mahasiswa terhadap bahasa nasional. Ini perlu dikritisi bahwa seharusnya sebagai orang yang terdidik harus memiliki rasa kecintaan yang lebih terhadap bahasa nasionalnya sendiri.
Agen of change
Perlu adanya gerakan perubahan untuk mengubah mindset para pelajar yang demikian untuk mendukung terealisasinya bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia. Yang perlu dilakukan adalah dengan mengubah kurikulum pendidikan yakni setiap semester diwajibkan mengambil mata kuliah bahasa Indonesia. Dengan demikian maka tentu setiap pelajar bisa lebih mendalami bahasa Indonesia sesuai dengan EYD, kemudian diharapkan hal tersebut bisa menambah rasa nasionalisme pelajar atau mahasiswa terutama kecintaan terhadap bahasa Indonesia. selain itu tentu dapat menekan penggunaan bahasa Asing di lingkungan pendidikan tersebut dan penggunaan bahasa Indonesia sesuai EYD dapat meningkat. Hal tersebut tentu dapat mendukung terealisasinya bahasa Indonesia menjadi bahasa dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Manur dan Ngurah Oka, I Gusti. 2012. Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi. Jakarta: PT Bumi Aksara
https://iwardany.wordpress.com/2012/10/27/apa-saja-kriteria-yang-menjadi-syarat-bahasa-itu-menjadi-bahasa-internasional/
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2015/10/28/bahasa-indonesia-menjadi-bahasa-internasional-mampukah
Supartono. 2004. Ilmu Budaya Dasar. cet 4. Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia
Chris Jenks, Chris. 2013. Culture: Studi Kebudayaaan. trj. Erika Setyawati. cet 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Samsuri. 1994. Analisis Bahasa. Jakarta: Penerbit Erlangga
[1] Bahasa merupakan suatu tanda yang jelas dari kepribadian keluarga maupun bangsa dan merupakan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan, yang baik maupun yang buruk. Samsuri, Analisis Bahasa, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1994), p. 4. Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Supartono disebutkan bahwa bahasa Indonesia sebagai pemberi identitas dan berfungsi sebagai wahana komunikasi dan penguat solidaritas nasional. Supartono, Ilmu Budaya Dasar, cet 4, (Bogor Selatan: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004), p. 43-44.
[2] Kebudayaan dipandang sebagai sekumpulan besar karya seni dan karya intelektual di dalam suatu masyarakat tertentu: ini adalaah penggunaan sehari-hari untuk istilah ‘kebudayaan’. Chris Jenks, Culture: Studi Kebudayaaan, trj. Erika Setyawati, cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), p. 10.
[3]https://iwardany.wordpress.com/2012/10/27/apa-saja-kriteria-yang-menjadi-syarat-bahasa-itu-menjadi-bahasa-internasional/
[4]https://www.goodnewsfromindonesia.id/2015/10/28/bahasa-indonesia-menjadi-bahasa-internasional-mampukah
[5] Lihat Manur Muslich dan I Gusti Ngurah Oka, Perencanaan Bahasa di Era Globalisasi, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012) p. 57
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?