Menjadi seorang relawan di sebuah lembaga pendidikan non-formal mungkin tidaklah mudah bagi sebagian orang. Selain harus menyempatkan waktu luang, juga diperlukan ketekunan dalam menjalaninya. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk Rofik Andi Hidayah seorang pemuda asal desa Karangcengis, RT 03/ RW 07, Bukateja. Pemuda kelahiran Purbalingga, 16 Januari 1991 ini bahkan telah menjalaninya hampir satu tahun.
Pemuda yang akrab disapa Rofik ini, sampai September 2015 lalu terhitung sebagai mahasiswa jurusan PGMI fakultas Tarbiyah IAIN Purwokerto sebelum akhirnya dia ditetapkan sebagai wisudawan terbaik saat acara wisuda yang diadakan pada 22 September lalu. Selama menjalani masa kuliahnya, Rofik telah mulai bergiat dalam berbagai organisasi kampus seperti HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) PGMI, HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Tarbiyah, dan LPM (Lembaga Pers Mahasiswa) Obsesi. Hingga satu tahun lalu dia memutuskan untuk menerima ajakan Heru Kurniawan, salah seorang dosen IAIN Purwokerto, menjadi relawan di RKWK (Rumah Kreatif Wadas Kelir) yang beralamat di kelurahan Karang Klesem, Purwokerto Selatan, Banyumas.
Ketika dihubungi, dia mengungkapkan rasa bangganya sebagai seorang relawan di RKWK. “Banyak hal yang saya dapatkan selama menjadi relawan. Selain mendapatkan pengalaman, juga ada hal baru yang didapatkan yaitu dengan berproses mengembangkan diri. Hal-hal baru yang belum tentu didapatkan dalam proses perkuliahan. Selain itu masih banyak lagi hal-hal positif lainnya,” akunya.
Manfaat berorganisasi bahkan semakin ketara saat putra bungsu pasangan Basirin dan Mainah ini telah meraih gelar sarjananya. “RKWK mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berbasis permainan untuk anak-anak. Dimana permainan dijadikan media untuk mengembangkan kecerdasan anak,” tambahnya.
Kecintaannya kepada anak-anak bermula karena hobinya terhadap matematika. Karena hobinya tersebut maka pada tahun 2011 selepas menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Bukateja, ia memutuskan untuk melanjutkan studi di IAIN Purwokerto Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) agar terus dapat bertemu dengan matematika. Ternyata pilihannya tersebut bukan hanya membuatnya bertemu dengan matematika saja, namun juga nantinya dengan anak-anak. Oleh karena itu dia memutuskan untuk menjadi relawan di RKWK agar dapat belajar mengolah dan berbaur dengan anak-anak. Selain itu, dia juga belajar semangat dari anak-anak. “Saya banyak belajar dari anak-anak. Mereka punya semangat tinggi. Kita juga seharusnya punya semangat lebih dari anak-anak,” ucapnya.
Meski menjadi wisudawan terbaik pada September lalu, dan bahkan sering menduduki peringkat dua atau tiga paralel di SMA, dia mengaku bukan termasuk orang yang rajin belajar. “Dulu saya ingin mendapat peringkat satu namun belum bisa. Anak perempuan lebih rajin, tekun. Mengalahkan perempuan susah sekali,” katanya sambil tertawa.
Pada akhir wawancara, dia menyempatkan diri untuk berbagi tips mengerjakan tugas yang sering dia terapkan. “Saya mengerjakan tugas setelah salat Tahajud dan doa malam. Cara ini cukup efektif karena pada waktu-waktu seperti itu pikiran masih jernih sehingga enak untuk belajar. Banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT agar banyak pertolongan,” tandasnya. [L!s]
Ketika dihubungi, dia mengungkapkan rasa bangganya sebagai seorang relawan di RKWK. “Banyak hal yang saya dapatkan selama menjadi relawan. Selain mendapatkan pengalaman, juga ada hal baru yang didapatkan yaitu dengan berproses mengembangkan diri. Hal-hal baru yang belum tentu didapatkan dalam proses perkuliahan. Selain itu masih banyak lagi hal-hal positif lainnya,” akunya.
Manfaat berorganisasi bahkan semakin ketara saat putra bungsu pasangan Basirin dan Mainah ini telah meraih gelar sarjananya. “RKWK mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berbasis permainan untuk anak-anak. Dimana permainan dijadikan media untuk mengembangkan kecerdasan anak,” tambahnya.
Kecintaannya kepada anak-anak bermula karena hobinya terhadap matematika. Karena hobinya tersebut maka pada tahun 2011 selepas menamatkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Bukateja, ia memutuskan untuk melanjutkan studi di IAIN Purwokerto Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) agar terus dapat bertemu dengan matematika. Ternyata pilihannya tersebut bukan hanya membuatnya bertemu dengan matematika saja, namun juga nantinya dengan anak-anak. Oleh karena itu dia memutuskan untuk menjadi relawan di RKWK agar dapat belajar mengolah dan berbaur dengan anak-anak. Selain itu, dia juga belajar semangat dari anak-anak. “Saya banyak belajar dari anak-anak. Mereka punya semangat tinggi. Kita juga seharusnya punya semangat lebih dari anak-anak,” ucapnya.
Meski menjadi wisudawan terbaik pada September lalu, dan bahkan sering menduduki peringkat dua atau tiga paralel di SMA, dia mengaku bukan termasuk orang yang rajin belajar. “Dulu saya ingin mendapat peringkat satu namun belum bisa. Anak perempuan lebih rajin, tekun. Mengalahkan perempuan susah sekali,” katanya sambil tertawa.
Pada akhir wawancara, dia menyempatkan diri untuk berbagi tips mengerjakan tugas yang sering dia terapkan. “Saya mengerjakan tugas setelah salat Tahajud dan doa malam. Cara ini cukup efektif karena pada waktu-waktu seperti itu pikiran masih jernih sehingga enak untuk belajar. Banyak mendekatkan diri kepada Allah SWT agar banyak pertolongan,” tandasnya. [L!s]
Post a Comment
Apa pendapat kamu mengenai artikel ini?